Bicaranews.com|Medan - HKBP Distrik X Medan-Aceh melaksanakan Sinode Distrik di Griya Permata Jalan Pelajar Medan, Rabu (9/9/2020). Sinode sempat tertunda, seharusnya dilaksanakan pada 24-25 Agustus, karena ada pendeta yang terpapar Covid-19. Perhelatan 4 tahunan ini merupakan rangkaian menuju Sinode Godang (periodeisasi) yang direncanakan 19-25 Oktober di Seminarium Sipoholon, Tapanuli Utara.
Acara dibuka Praeses Pdt Sunggul P Sirait STh MM, diawali dengan ibadah. Praeses mengatakan, Sinode Distrik untuk memilih calon Praeses sebanyak 5 orang untuk diajukan ke Sinode Godang. Kemudian memilih para utusan ke Sinode Godang, di mana Distrik X mendapat porsi 80 orang, terdiri dari 40 dari pendeta dan 40 non pendeta (utusan jemaat dan sintua).
“Kemudian ada pemilihan anggota Majelis Pekerja Sinode (MPS) sebanyak 2 orang dan pemilihan anggota Majelis Pekerja Sinode Distrik (MPSD) 10 orang (5 dari pendeta dan 5 dari non pendeta). Ada juga pemilihan Badan Audit Distrik sebanyak 3 orang dan panitia Sinode Godang sebanyak 2 orang,” kata Pdt Sunggul SIrait kepada wartawan.
Dikatakannya, Sinode Godang kali ini mengacu sistem proporsional, Distrik X mendapat porsi 80 orang sebagai menjadi peserta SG untuk memilih Ephorus, Sekjen, Kepala Departemen (Kadep) 3 orang dan 32 orang Praeses. “Hasilnya akan dilaporkan kepada Ephorus dan ini adalah distrik terakhir dari 32 distrik. Pesertanya sebanyak 212 orang, terdiri dari pendeta, sintua dan jemaat yang datang dari 66 resort,” terangnya.
Ir Parlaungan Simangunsong seorang jemaat yang juga utusan Sinode Distrik dari HKBP Resort Jalan Pelajar mengatakan, dalam Sinode Distrik yang berlangsung telah menampilkan demokrasi yang sangat baik. Sinodestan banyak memberi masukan kepada pimpinan sidang terlebih dalam penetapan tata tertib. Diharapkan pelaksanaan Sinode Godang mendatang mendapat bisa berjalan dengan baik.
“Karena tujuan Sinode Godang juga untuk membesarkan dan memajukan HKBP dan memberdayakan semua potensi yang ada. Baik itu sumber daya manusia maupun unit-unit usaha yang ada di HKBP seperti rumah sakit HKBP Balige, perguruan tinggi dan lainnya harus bisa dikelola secara professional,” katanya.
Menurut anggota DPRD Sumut ini, dahulu tahun 1960an RS HKBP Balige dan Universitas sangat diandalkan. Terlebih RS HKBP mejadi rujukan pasien yang ada di kawasan Tapanuli dan Nias dan banyak lagi unit-unit usaha yang lain harus bisa lebih dikembangkan lagi. “Kami nanti akan memilih sosok pemimpin HKBP yang bisa menjadi panutan di tengah-tengah gereja dan masyarakat,” tuturnya.
Jumogkas Hutagaol berharap, Sinode Distrik maupun Sinode Godang jangan menghasilkan lawan baru dan kawan baru. Perbedaan pilihan itu sudah hal biasa, apalagi ini adalah wilayah keagamaan. Dalam Sinode ada yang terpilih ada yang tidak, karena tidak mungkin semua terpilih. Hendaklah dijaga emosional masing-masing, jangan ada ketersinggungan. Yang terpilih jadi Ephorus harus merangkul semua pihak, walaupun yang tidak memilihnya pada Sinode. Agar tidak ada pengkotak-kotakan usai Sionode Godang, jangan hanya merangkul pendukung, tapi memusuhi yang tidak memilihnya.
“Untuk mengatasi itu, saran kami dari jemaat hendaklah dilakukan pemilihan dengan sistim “sijomput nasinurat” (sistem undi). Atau kalau tidak setuju dengan sistem itu, para pendetalah yang memilih, karena sesama pendetalah yang mengetahui siapa yang layak jadi pimpinan HKBP,”katanya.
Hal lain, katanya, pemimpin HKBP harus mencegah konflik di resort-resort. Kebanyakan sumber konflik adalah perpindahan pendeta, pimpinan harus tegas. Jika seorang pendeta dimutasi, tempat yang dituju harus sudah stanby menerima. (sumber:sib)
Posting Komentar
0Komentar