Bicaranews.com - Melaksanakan pernikahan itu merupakan impian bagi sebagian besar orang. Ada yang mempersiapkan hari besar itu jauh-jauh hari dengan persiapan yang matang. Namun ada juga pernikahan yang dilaksanakan dengan persiapan waktu yang singkat karena berbagai alasan. Kalau pernikahan dilakukan dengan persiapan cuma 2 bulan itu mungkin masuk dalam kategori persiapan pernikahan yang singkat, termasuk saya salah satunya.
Namun sebelum menceritakan suka duka saya mempersiapkan pernikahan, kendala yang pertama saya temui adalah jodohnya. Karena syarat utama pernikahan adalah mempelai pria dan wanita. Saya menemukan jodoh di umur yang terbilang matang, 31 tahun. Padahal sejak kecil saya bercita-cita menikah di usia muda setidaknya 26 tahun sudah menikah.
Namun bagaimana lagi sudah kesana-kemari mencari jodoh tapi tak kunjung bertemu sampai pernah curhat sambil bercanda sama teman kalau ada wedding organizer.
Jodoh itu misteri, ibarat rezeki yang sering datang di waktu yang tak disangka-sangka. Di saat saya sudah putus asa dan pasrah, jodoh tiba-tiba hadir.
Dijaman tehnologi sekarang, keberadaan media sosial seperti Facebook dan Twitter memiliki dampak positif dan negatif tersendiri misalnya, bisa membuat rasa kangen seseorang terobati dengan hanya melihat foto-foto atau sekadar chatting.
Di situlah efektifitas medsos bermanfaat bagi publik. Seperti kita berkomunikasi seolah tidak berjarak. Makanya perasaan malu, enggan atau sungkan kerap dibuang jauh-jauh, karena di situ komunikasi dua arah tidak tampak.
Seperti halnya yang kami alami, awalnya, berkenalan di media sosial facebook dan saling sapa menyapa. Kemudian saling tukaran nomor agar bisa lebih dekat komunikasinya.
Hingga kami sudah saling tahu, sekitar 2 tahunan, namun jarang sekali jumpa padahal tinggal di satu kota. Mungkin dalam 2 tahunan itu bisa dihitung pakai jari kami jumpa.
Kami berdua bekerja di Medan dan orang tua kami kebetulan sama-sama tinggal di Kecamatan Pakkat. Tepatnya 1 Januari 2019 saya memberanikan diri bertemu dengan kedua orang tuanya, kebetulan saat itu momennya Tahun baru dan paling bermakna bagi yang beragama Nasrani. Awalnya saya berpikir itu hanya bertemu dengan keluarganya dengan tujuan saling mengenal. Tapi, kisah cinta kami saling menemukan kemistrinya.
Dengan itu, saya melanjutkan untuk mengenal semua keluarga dia yang lain, hingga melamarnya. Pada 12 Desember 2020 atau dalam adat Kristen Protestan disebut "Martuppol" menyatakan di depan umum untuk menikah.
Sebelumnya, waktu pernikahan diserahkan kepada kami berdua. Awalnya saya minta menikah, bulan Mei 2020, namun saat itu ada musibah pandemi Covid-19 menyerang Dunia yang berujung pelarangan membuat acara seperti pesta pernikahan dan saya minta diundur yang akhirnya disepakati pada Selasa, 29 Desember 2020 nanti. Dan disanalah saya baru tahu nentuin tanggal nikah itu ribet juga, kita harus tanya kesana-kesini.
Tak berhenti di situ, hal-hal kecil kalau kami mendahulukan ego masing-masing akan berakhir dengan pertengkaran dalam persiapan pesta. Hal kecil seperti menentukan model undangan saja sempat ribut, namun akhirnya saya mengalah. Kalau saya melihat satu keburukannya dan tak melihat seribu kebaikannya itu tidak adil. Saya pun bukan orang yang sempurna pasti punya banyak kekurangan.
Akhirnya setelah melalui berbagai hal, pada tanggal 29 Desember 2020 pada pukul 09.00 WIB kami akan sah secara agama di Gereja GKPI Manalu Toruan Resort Pakkat.
Dan menurut cerita-cerita kawan yang sudah duluan menikah, bahwa, Menikah itu bukan akhir kisah percintaan tetapi awal dari kisah cinta yang sesungguhnya. Namanya bersatunya dua orang yang berbeda pasti tak semudah mempersatukan kedua tangan. Perbedaan pendapat dan cara pandang pasti ada, asal kita mau mendiskusikan dan tidak mendahulukan ego masing-masing masalah bisa diselesaikan bersama. Berbicara menggunakan hati dan mau lebih mengenal kepribadian pasangan.
Tujuan Pernikahan Kristen
Tujuan pernikahan kristen tidaklah jauh berbeda dengan tujuan pernikahan pada umumnya. Sepasang ciptaan Tuhan ditakdirkan bersama dan mengikatkan janji suci sehidup semati atas nama Kristus yang penuh cinta kasih.
Dari mulai anak muda hingga pasangan suami istri yang telah menikah pun acap kali masih bertanya-tanya mengenai tujuan pernikahan kristen sesuai dengan Alkitab. Tak jarang, mereka yang tak mengetahui tujuan-tujuan yang disakralkan tersebut lantas merasa hilang dan tersesat.
Sebagai akibatnya, jalan perceraian adalah satu-satunya solusi yang dipikirkan. Padahal, perceraian bukan lah sesuatu hal yang disenangi oleh Tuhan. Bahkan, Tuhan melalui firman-Nya selalu membenci sebuah perceraian atau perpisahan dari dua orang terkasih.
Maka dari itu, ada baiknya bagi pasangan kekasih atau pun suami istri untuk lebih memahami arti dan tujuan pernikahan kristen itu sendiri. Hal ini tak lain bertujuan agar jiwa kita semakin dekat dengan cinta kasih Tuhan.
Berikut 5 tujuan pernikahan kristen yang dirangkum dari berbagai sumber.
Relasional
Tujuan pernikahan kristen pertama sesuai dengan Alkitab adalah untuk membangun relasi atau persahabatan. Sebab, manusia diberi kesempurnaan berupa akal oleh Allah serta mampu menyampaikan pikiran serta perasaannya ke dalam bahasa dan perbuatan. Hal ini jelas merupakan sesuatu hal yang lebih tinggi daripada binatang (Kejadian 1:26-28: 2:15,19,20; Roma 1:21).
Manusia juga diciptakan oleh Allah untuk saling mengasihi, baik memberi dan menerima segala bentuk kasih sayang dari Tuhan dan sesama manusia. Allah pun juga menginginkan sebuah ikatan suci relasional di antara seorang pria dan wanita.
Hal ini bertujuan untuk terjalinnya sebuah persahabatan yang baik di antara sepasang kekasih. Keinginan dan hasrat ini ditanamkan Allah kepada manusia untuk menjadi penolong satu sama lain seperti berbagi kesulitan hingga kebahagiaan yang dirasakan bersama-sama. Agar memperkuat hal ini, selalu hargai persahabatan yang terjalin di antara Anda dengan pasangan.
Saling Melengkapi
Saling mengisi dan melengkapi satu sama lain merupakan tujuan pernikahan kristen yang berikutnya. Meski pada dasarnya diciptakan sama dalam hal derajat, harkat, dan martabatnya, namun sejatinya wanita dan pria memiliki perbedaan dasar. Hal ini seperti yang tertuang pada Matius 19:4.
"Jawab Yesus: Tidaklah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?"
Sehingga, pada dasarnya perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan mengenai identitas diri. Kesetaraan yang seringkali digaungkan tidak dapat dicampurkan dengan jati diri yang melekat pada wanita dan pria itu sendiri seperti psikologis, seksualitas, dan fisiologis).
Maka dari itu, Tuhan menginginkan pernikahan suci antara wanita dan pria biologis sehingga pernikahan dengan sesame jenis dan sebagainya menurut firman Allah bukanlah sebuah pernikahan melainkan merupakan penyimpangan dari ketetapan Tuhan.
Rekreasi
Tujuan pernikahan kristen selanjutnya adalah untuk saling menikmati kesenangan dan kebahagiaan atau rekreasi. Pernikahan juga dirancang Tuhan untuk tujuan kesenangan dan kepuasan bagi sepasang pria dan wanita dalam ikatan suci.
Hal ini sesuai dengan firman Tuhan pada Kejadian 1:27 yang menyebutkan bahwa seks antara sepasang suami dan istri merupakan wujud dari kesenangan yang diberikan Tuhan.
"Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya dengan kapasitas-kapasitas untuk kesenangan seks yang intens dan dengan panggilan untuk berkomitmen dalam pernikahan.."
Maka dari itu, seks merupakan berkat yang diberikan Tuhan kepada sepasang suami istri untuk menuju kepada kebahagiaan bersama. Hal ini juga dapat diartikan bahwa membahagiakan suami istri melalui seks adalah sesuatu yang diperbolehkan.
"Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istrinya terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya. Demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya" (1 Korintus 7:3,4).
Mendapatkan Keturunan
Seperti halnya tujuan pernikahan pada umumnya, tujuan pernikahan kristen adalah untuk mendapatkan keturunan. Sebab, Tuhan telah menciptakan manusia secara sempurna dengan hasrat seksual untuk suami istri.
Seperti pada Alkitab Kejadian 1:28, disebutkan bahwa Allah memberi manusia hak untuk beranak dan bertambah banyak. Maka dari itu untuk menjalankan perintah-Nya, manusia harus terikat pada sebuah pernikahan terlebih dahulu, bukan sebaliknya.
Selain diberkati untuk mendapatkan keturunan, sebuah ikatan pernikahan kristen juga sebaiknya memberi perhatian untuk mewujudkan keturunan Ilahi. Yang dimaksudkan keturunan Ilahi adalah keturunan yang memiliki didikan dan keteladanan dari kedua orang tuanya.
Refleksi Ilahi
Tujuan pernikahan kristen yang terakhir adalah sebagai refleksi Ilahi. Hal ini dimaksudkan untuk menampilkan citra Allah. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia yang diberi akal sempurna oleh Tuhan patut memelihara dan melestarikan seluruh makhluk yang diciptakan-Nya di atas bumi. Hal ini seperti yang dikutip dari Alkitab Kejadian 1:28.
"Beranak cuculah dan bertambah banyak. Penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi".
Selain itu, pernikahan merupakan lembaga untuk menampilkan citra Allah dengan sebaik-baiknya. Melalui pernikahan, keturunan haruslah dipersiapkan untuk menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang selalu mengingat Tuhan.
(berbagaisumbr/April Rambe)
Posting Komentar
0Komentar