Bicaranews.com|Jakarta - Politikus Partai Hanura Ambroncius Nababan memenuhi panggilan Bareskrim Polri, Senin (25/1) malam terkait dugaan postingan rasisme pada Natalius Pigai.
Dia dipanggil usai dilaporkan Ketua KNPI Papua Barat Sius Dowansiba ke Polda Papua Barat, yang belakangan kasus itu diambil alih Bareskrim.
Ambroncius mengatakan, kedatangannya untuk mengklarifikasi statusnya di Facebook yang diduga menghina Natalius Pigai. Ia membantah postingan tersebut menyindir masyarakat Papua.
Ambroncius Nababan mengakui mem-posting kolase yang menyandingkan foto Natalius Pigai dengan foto gorila di akun media sosialnya. Ambroncius memberikan penjelasan.
"Iya, saya yang posting, benar. Saya akui itu posting-an saya," kata Ambroncius Nababan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (25/1/2021).
Ambroncius menuturkan foto kolase yang di-posting itu didapat dari akun media sosial milik orang lain. Ambroncius mengatakan foto kolase yang diunggahnya itu sebagai bentuk kritik lantaran Natalius tidak setuju dengan vaksin Sinovac.
"Dan sebenarnya gambar itu, sebenarnya itu saya kutip, saya copas. Itu bertepatan, saya ketemu ada (akun) Fatimah rupanya. Itu dia posting juga tapi tidak dibilang dia rasisme dan saya cari yang lain-lain, banyak juga rupanya. Tapi tidak pernah dikatakan orang itu rasis. Tapi kenapa saya yang copas, orang punya saya dibilang rasis," tuturnya.
"(Niat rasis) tidak ada. (Hanya untuk) mengkritik dengan keras bahwa Pak Pigai, tolong Anda kalau memang tidak setuju Sinovac, itu tidak masalah, semua orang bisa nggak setuju, tapi jangan Anda ekspos ke luar bahwa Anda tidak percaya dengan Sinovac dan saya akan membeli produk dari luar negeri, itu kan provokasi namanya. Itu dasarnya," lanjutnya.
Lebih lanjut Ambroncius juga mengakui narasi dalam foto yang diunggahnya dibuat sendiri.
"Posting-an orang lain. Saya lihat ini bagus posting-annya. Jadi saya tidak ada pikiran itu membawa nama Papua karena di judul saya itu tidak ada kata-kata Papua. Percakapannya saya yang buat. Itu saya akui saya yang buat. Sifatnya itu satire, kritik satire. Kalau orang cerdas tahu itu satire, itu lelucon-lelucon, bukan tujuannya untuk menghina orang, apalagi menghina suku dan agama, tidak ada, jauh sekali, apalagi menghina Papua," imbuhnya.(detikcom/kum)
Posting Komentar
0Komentar