Bicaranews.com|Medan - Upaya untuk mendorong ASN dan P3K belanja pakaian daerah, Wali Kota Medan Bobby Nasution bersama Ketua TP PKK Kota Medan Kahiyang Ayu M Bobby Nasution mengunjungi salah satu pengrajin pakaian adat yakni Rumah Uis Jalan Jamin Ginting Medan, Jumat (10/9).
Di tempat itu, khusus menjual pakaian adat dan aksesoris etnis Karo. Setelah melihat-lihat, Bobby membeli bekabulu (kain khas Karo) dan kemeja yang bahannya merupakan kain khas Karo. Sedangkan Kahiyang membeli kain sarung dan selendang khas Karo.
Dikatakan Bobby, Rumah Uis ini fokus memproduksi berbagai fashion yang bahannya merupakan uis (kain) dan motif khas Karo. Jika di suku Batak, jelasnya, uis itu adalah ulos.
“Pakaian yang dijual bukan hanya untuk upacara adat saja, tapi juga untuk fashion. Tentunya ini semua harus kita support, bagi masyarakat Kota Medan yang ingin membeli pakaian adat, khususnya etnis Karo dapat datang kesini. Meskipun Pemko Medan saat ini fokus kepada para pelaku UMKM yang bergerak di bidang makan minum, namun kedepannya akan kita pikirkan pegiat UMKM yang selama ini tetap melestarikan dan menjaga kebudayaan atau etnis di Kota Medan,” ungkapnya.
Menantu Presiden Joko Widodo itu pun berharap agar Rumah Uis, termasuk tempat-tempat yang memproduksi fashion dan aksesoris daerah di Kota Medan dapat maju dan berkembang meskipun di tengah pandemi Covid-19.
Untuk mendukung hal itu, Bobby mengajak seluruh ASN yang ada di Kota Medan agar jangan menyewa pakaian adat saja, tapi harus membelinya. “Hal ini kita lakukan untuk membantu para pelaku UMKM tersebut, kuncinya harus tetap semangat,” pesannya.
Kebijakan Bobby Nasution untuk membangkitkan kembali keberagaman dan budaya di Kota Medan, sekaligus mendorong peningkatan ekonomi masyarakat, terutama pelaku UMKM langsung mendapat dukungan dari salah seorang akademisi Administrasi Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) Nicholas Marpaung SAB MSi. Nicholas menilai, program Bobby Nasution yang mewajibkan seluruh ASN di lingkungan Pemko Medan untuk mengenakan pakaian adat setiap Jumat ini sangat bagus karena Kota Medan terkenal akan kekayaan multietnis sehingga banyak yang harus ditonjolkan.
“Kalau di daerah Jawa sana, mungkin hanya simbol budayanya yang bisa di tunjukkan. Berbeda dengan Kota Medan yang memiliki banyak keberagaman dari berbagai latar belakang budaya. Tentunya ini yang seharusnya dari dulu kita lakukan, tapi kalau sekarang baru diberlakukan saya apresiasi. Hal ini tidak merugikan dan dapat menjadi citra positif yang dapat ditonjolkan keluar,” kata Nicholas.
Kemudian Nicholas menambahkan, kebijakan yang dilakukan Bobby Nasution ini tentunya membawa dampak positif bagi pelaku UMKM, seperti meningkatnya permintaan akan pakaian adat beserta akseseorisnya. Tentunya hal itu, kata Nicholas, sangat positif karena rata-rata yang memproduksi pakaian adat ini adalah pelaku UMKM, tidak ada perusahaan besar yang memproduksinya. Nicholas yakin jika diberlakukan secara konsisten, pertumbuhan ekonomi di sektor pakaian tradisional di Kota Medan akan tumbuh dan berkembang.
“Saya harap pemberlakukan atau kebijakan pakaian adat bagi ASN di lingkungan Pemko Medan berlaku konsisten. Siapa pun pemimpin kedepannya, saya harap kebijakan ini dapat dipertahankan. Selain bagus untuk pelestarian budaya, para penggiat UMKM juga sangat terbantu karena mendapat pasar baru. Di samping itu kebijakan ini juga dinilainya sangat bagus guna meningkatkan kepercayaan diri para ASN, sebab mereka bekerja dengan tampilan baru sehingga merasa lebih percaya diri dalam memberikan pelayanan,” pungkasnya.
Sementara itu di tempat terpisah, Averia Barus, salah seorang pelaku UMKM yang memproduksi pakaian adat Karo sekaligus pemilik Rumas Uis, sangat mengapresiasi kebijakan yang dilakukan Bobby Nasution.
Averia menilai, kebijakan itu merupakan angin segar bagi para pelaku UMKM, khususnya yang bergerak di bidang produksi pakaian adat. Dengan kebijakan tersebut, ungkapnya, awalnya mungkin tidak terpikir untuk membeli tapi kini harus membelinya.
Averia pun berharap agar kebijakan yang dilakukan Bobby Nasution dapat memberikan efek positif, terutama di tengah pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya.
“Saat mendengar kabar seperti itu, kami siap-siap untuk memproduksi pakaian adat. Jika tidak ada kebijakan Bapak Wali Kota tersebut, kami tidak akan produksi. Sejak 3 bulan kemarin, kami merasa terpuruk dan tidak berani memproduksi karena khawatir tidak ada yang membeli. Tetapi dengan adanya kebijakan seperti ini, kami berani produksi lagi, tinggal bagaimana kami mempromosikannya saja. Di tempat kami ini untuk yang tersedia pakaian adat Karo. Tetapi jika ada yang ingin order, kita bisa kerjakan semua. Kalau yang mau pakai adat Simalungun bisa juga, karena kami juga bekerja sama dengan para pengrajin lainnya,” ungkap Averiana gembira.(t/bn)
Posting Komentar
0Komentar