Bicaranews.com | Yerusalem - Israel memutuskan akan mengizinkan sebanyak mungkin jemaah Muslim untuk mengakses Masjid Al-Aqsa di Yerusalem saat Ramadan seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, hal itu berlaku untuk pekan pertama Ramadan saja. Setelahnya, Israel bisa mengubah kebijakan.
Kantor Perdana Menteri Israel pada Selasa (5/3) menyatakan, Israel akan mengizinkan jemaah Muslim mengakses Masjid Al-Aqsa selama minggu pertama Ramadan sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
"Pada minggu pertama Ramadhan, jemaah akan diizinkan untuk memasuki Temple Mount, dalam jumlah yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Kemudian setiap minggu akan ada penilaian situasi dalam hal keamanan dan keselamatan, lalu keputusan akan diambil sesuai dengan itu," kata mereka menggunakan istilah Yahudi untuk situs tersebut, sebagaimana dikutip dari AFP.
Setiap tahun, puluhan ribu jemaah Muslim menyambut Ramadan dengan melakukan shalat berjamaah di masjid Al-Aqsa. Ramadan tahun ini tiba ketika Israel melancarkan kampanye militer tanpa henti di Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan mematikan yang dilakukan oleh Hamas di Israel pada tanggal 7 Oktober.
Israel telah mengkaji bagaimana menangani ibadah di Yerusalem selama Ramadan, bulan puasa Islam yang akan dimulai pada tanggal 10 atau 11 Maret, tergantung pada kalender lunar. Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, baru-baru ini mengatakan warga Palestina di Tepi Barat "tidak boleh diizinkan" masuk ke Yerusalem untuk beribadah selama bulan Ramadan.
"Kami tidak bisa mengambil risiko. Kami tidak bisa membiarkan perempuan dan anak-anak disandera di Gaza dan membiarkan perayaan untuk Hamas di Temple Mount," ungkapnya.
Ben Gvir memimpin sebuah partai sayap kanan yang mendukung kontrol Yahudi atas kompleks tersebut. Beberapa hari kemudian, Amerika Serikat menyerukan kepada Israel untuk mengizinkan umat Muslim beribadah di Masjid Al-Aqsa.
"Ini bukan hanya masalah memberikan kebebasan beragama yang layak mereka dapatkan. Ini juga merupakan masalah yang secara langsung penting bagi keamanan Israel," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.
"Bukanlah kepentingan keamanan Israel untuk mengobarkan ketegangan di Tepi Barat atau di wilayah yang lebih luas," tambahnya.
Hamas telah menyerukan gerakan massa di Masjid Al-Aqsa untuk menyambut dimulainya bulan Ramadhan. "Ramadan adalah bulan suci bagi umat Islam, kesuciannya akan dijunjung tinggi tahun ini, seperti yang dilakukan setiap tahun," ungkap Pemerintah Israel setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan dengan semua badan keamanan pada Selasa.
Gencatan Senjata
Sementara dilaporkan terpisah, para pemimpin negara-negara Asia Tenggara dan Australia menyerukan gencatan senjata segera dan bertahan lama di Jalur Gaza, yang terus digempur Israel dalam perang melawan Hamas.
Negara-negara tersebut menggambarkan situasi kemanusiaan di daerah kantong Palestina itu kini "mengerikan".
Seperti dilansir AFP, Rabu (6/3), seruan bersama itu disampaikan setelah negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, bersama Australia, menggelar pertemuan puncak selama tiga hari di Melbourne, Australia.
"Kami menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera dan bertahan lama," demikian pernyataan gabungan antara negara-negara ASEAN dan Australia yang dirilis setelah berhari-hari terlibat perselisihan diplomatik mengenai isi pernyataan gabungan itu.
Situasi yang semakin memburuk di Jalur Gaza menjadi topik perdebatan sengit dalam pertemuan antara 10 negara ASEAN dan Australia tersebut.
Dengan bulan suci Ramadan akan datang pekan depan, Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara-negara lainnya semakin meningkatkan upaya untuk menghentikan pertempuran antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
"Kami mengecam serangan-serangan terhadap seluruh warga sipil dan infrastruktur sipil, yang memicu semakin memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza, termasuk terbatasnya akses terhadap makanan, air, dan kebutuhan dasar lainnya," demikian isi pernyataan gabungan ASEAN-Australia tersebut.
"Kami menyerukan akses kemanusiaan yang cepat, aman, tanpa hambtan dan berkelanjutan bagi semuanya yang membutuhkan, termasuk melalui peningkatan kapasitas di perlintasan perbatasan, mencakup melalui laut," tegas seruan ASEAN-Australia itu.
ASEAN juga menyatakan dukungan untuk badan PBB untuk pengungsi Palestina atau UNRWA, meskipun Australia telah menangguhkan pendanaan untuk badan tersebut terkait tuduhan bahwa beberapa staf UNRWA merupakan anggota militan bersenjata di Jalur Gaza.
Dalam perdebatan sebelum pernyataan gabungan itu dirilis, Singapura menolak keras bagian draf yang mengutuk "penggunaan kelaparan" di Jalur Gaza -- bahasa semacam itu akan membuat marah Israel.
Para diplomat juga sempat berdebat soal apakah pernyataan gabungan itu harus menyerukan gencatan senjata total atau jeda pertempuran "kemanusiaan" yang bersifat sementara.
Kawasan Asia Tenggara menjadi tempat tinggal bagi sekitar 40 persen populasi Muslim dunia, dan negara-negara ASEAN seperti Indonesia dan Malaysia merupakan pendukung setia perjuangan Palestina.
Namun negara berpengaruh di ASEAN lainnya, seperti Singapura, memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Israel -- dan menghindari untuk memicu kontroversi. (Kompas/detikcom/d)
Posting Komentar
0Komentar