Berkolaborasi dengan Alfamidi, acara tersebut berlangsung di Jalan Kampung Badur Kelurahan Hamdan kecamatan Medan Maimun, Kamis (25/4/2024).
Agung Rizky Prayogi, Ketua Lembaga Solidaritas Penggiat Lingkungan menyatakan dengan melakukan fogging atau penyemprotan obat nyamuk, adalah bentuk upaya penyegahan demam berdarah di masyarakat pinggir sungai dikarenakan saat ini memasuki musim pancaroba sehingga nyamuk lebih mudah untuk berkembang biak.
"Selain Alfamidi kegiatan ini juga melibatkan Puskesmas Kampung Baru sebagai narasumber untuk menyampaikan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang tinggal di pinggir sungai bagaimana pencegahan nyamuk demam berdarah," ujar Agung.
Demam berdarah dengue (DBD) dan malaria sama-sama merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.
Gejala kedua penyakit ini juga relatif sama yaitu ditandai dengan demam.
Walaupun sama-sama disebabkan oleh gigitan nyamuk, malaria dan demam berdarah adalah penyakit yang berbeda. Perbedaan yang paling terlihat adalah jenis nyamuk penyebabnya.
Malaria ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina, sedangkan DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Karakteristik, tempat hidup dan cara penularannya juga berbeda.
Kota Medan telah mendapatkan sertifikat eliminasi malaria sejak tahun 2018, meskipun malaria sudah dapat diatasi, kasus DBD yang memiliki kemiripan dengan malaria masih tinggi.
Untuk itu Agung mengatakan, tetap perlu sosialisasi secara masif kepada masyarakat, terkait penyakit oleh gigitan nyamuk ini, khususnya bagi yang tinggal di pinggiran sungai.
"Diharapkan kegiatan ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan, guna memberikan dampak positif bagi masyarakat pinggir sungai dan kami sangat berterimakasih kepada pihak Alfamidi," ungkap Agung.
Wabah Malaria untuk Sejumlah Daerah di Sumut Masih Tinggi
Wabah malaria di Pulau Simuk, Nias Selatan Sumatera Utara masih menjangkit sebanyak 64 orang, dengan kasus meninggal sebanyak 6 orang.
Jumlah tersebut meningkat dari Minggu sebelumnya yang hanya 54 orang.
Kasus Malaria di Nias masih sering terjadi bahkan di Pulau Tello jumlahnya lebih tinggi lagi, yakni mencapai 126 pasien dengan 2 pasien meninggal dunia.
dr. Nora Violita Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular menyampaikan, saat ini penanggulangan kasus Malaria di Sumut tengah dilakukan secara masif.
"Kasus Malaria masih tinggi di Nias disebabkan masih adanya vektor atau parasitnya disana," ujarnya.
Selain Nias, terdapat kasus Malaria di beberapa daerah lainnya yang terbilang masih cukup tinggi.
"Sumut kasus Malaria yang masih tinggi seperti Asahan, Labura, Batubara, Labuhan Batu, dan sekarang yang paling kita khawatirkan Serdangbedagai karena sudah mendapat sertifikat eliminasi tapi masih ditemukan kasusnya," pungkasnya. (Trib/Bn)
Posting Komentar
0Komentar