Hal ini disampaikan oleh Zulkarnain alias Izul saat diwawancarai wartawan.
"Kami keberatan dengan usaha pertenakan ayam potong yang ada di kampung kami ini, karen banyaknya lalat," ujar Izul, Jumat (24/5/2024).
Lanjut Izul, dengan pengusaha yang sama, sebelumya warga juga sempat melakukan unjuk rasa. Pada akhirnya usaha milik Y dan ES tutup.
"Sebelumnya pengusaha ini sudah sempat buka, cuma kami unjuk rasa, akhirnya tutup. Waktu itu penyebab maka kami unjuk rasa, karena banyak kali lalat," ujar Izul.
Namun belakangan, warga mendapat kabar jika pengusaha tersebut akan menjalankan bisnisnya usai diduga mendapat persetujuan dari kepala desa setempat.
"Tapi ini kabarnya pengusaha itu mau menjalankan usahanya itu. Katanya pun pengusaha ini sudah minta persetujuan dengan kepala desa," ujar Izul.
"Intinya kami keberatan, kalau pun pengusaha itu tetap mau menjalankan bisnisnya, tapi kami minta bagaimana caranya agar lalat itu gak ada," sambungnya.
Jika pengusaha tersebut tak menyanggupi permintaan warga, Izul menambahkan, lebih bisnis tersebut tutup saja.
"Kalau si pengusaha gak sanggup, jangan jalankan usahanya. Dia makan nangka atau kena getahnya untuk apa. Kalau cerita kompensasi, entah kapan-kapan dikasihnya, cuma dikasih ayam gitu," tutup Izul.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan wartawan masih berupaya mendapatkan komentar dari pemerintah setempat terkait keberatan atau penolakan warga terhadap peternakan ayam potong. (Trib/Bn)
Posting Komentar
0Komentar