Sipaha Lima dimulai dari Parsahadatan pada hari Sikkora Purasa (Hari pertama), kemudian Pameleon pada hari Samisara Purasa (Hari ke dua) dan diakhiri pada Hari Tula (hari ke tiga).
Parsahadatan adalah hari dimana pemimpin jemaat atau disebut dengan Ihutan menunggu para ruas (jemaat) datang ke Huta Nabadia di Huta Tinggi (pusat Ugamo Parmalim) untuk membawa hasil panen atau bentuk lain untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Hari kedua atau hari Samisara Purasa kemudian dilanjut dengan ritual 'Pameleon'. Pada ritual ini, Ihutan akan memimpin ruas menyampaikan persembahan kepada Tuhan lewat doa-doa yang dipanjatkan, yang disebut dengan 'Martonggo'.
Di hari ketiga atau Ari Tula dilanjut dengan ritual 'Panantion', adalah hari dimana seluruh ruas atau jemaat menerima berkat untuk dibawa pulang dengan harapan para jemaat akan sehat dan selamat hingga tiba di kampung halaman masing-masing, dan akan mendapat berkat selama setahun ke depan.
Rangkaian ibadah ini disampaikan langsung oleh Ihutan, Raja Poltak Marsinton Naipospos, generasi ke-4 dari Raja Marnangkok Naipospos, kepada Bupati Toba, Poltak Sitorus yang datang menghadiri ritual Sipaha Lima tersebut pada Selasa (18/6/2024) pagi.
Kedatangan Poltak Sitorus turut didampingi oleh Sekretaris Daerah Augus Sitorus, Camat Laguboti Aprilla Nessy Tampubolon dan sejumlah pimpinan perangkat daerah.
"Jadi intinya Sipaha Lima adalah ritual ucapan syukur kami kepada Debata Mula Jadi Nabolon atas berkat yang kami terima selama setahun penuh," kata. Raja Marnangkok Naipospos menjelaskan.
Bupati Toba, Poltak Sitorus dalam perbincangan dengan ruas Parmalim meminta agar budaya dan ritual keagamaan terus dirawat. Dirinya juga meminta agar melalui ritual Sipaha Lima menjadi jalan menyebar kebaikan, kebaikan kepada sesama hingga kebaikan kepada alam.
"Kita harus bersama-sama menyebar kebaikan, kebaikan kepada sesama bahkan kepada alam ini. Semoga Sipaha Lima menjadi jalan untuk menyebarkan kebaikan," katanya mengajak ruas Parmalim.
Dalam kehidupan sosial manusia, perbedaan agama adalah hal yang harus dihormati. Namun meski berbeda dalam agama, sosial masyarakat tetap dipersatukan dalam budaya.
"Kita boleh beda agama, tetapi disatukan oleh adat," lanjut Poltak Sitorus.
Masyarakat yang dipersatukan oleh budaya akan semakin baik jika saling membantu, bergotong-royong dan saling menolong.
"Alangkah indahnya kalau manusia itu semakin bersatu. Saling menolong, saling membantu. Kendatipun kadang ada perbedaan, itu hal biasa," kata Poltak Sitorus.
Sebelum mengakhiri pesannya, Bupati Toba kembali menyampaikan ucapan selamat perayaan Sipaha Lima bagi umat Parmalim.
"Selamat untuk perayaan Sipaha Lima oleh umat Parmalim dari kami pemerintah. Semoga semakin kuat persaudaraa, kehidupan sosial di masyarakat," katanya kepada seluruh ruas Parmalim yang hadir pada perayaan itu. (MC Toba/David)
Posting Komentar
0Komentar