Bicaranews.com | KANADA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan meningkatnya keputusasaan di Jalur Gaza akibat memburuknya kondisi kemanusiaan, krisis pangan, serta membahayanya kesehatan publik akibat sanitasi yang buruk.
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers Jumat (4/4/2025) menyampaikan laporan tim kemanusiaan yang menyoroti ancaman kesehatan akibat kondisi sanitasi di Gaza. Tiga area pengungsian sementara di Al-Mawasi dilaporkan mengalami serangan kutu dan tungau, yang menyebabkan ruam kulit dan gangguan kesehatan lainnya.
“Obat untuk mengatasi kondisi tersebut hanya akan tersedia jika perbatasan dibuka kembali untuk masuknya pasokan,” ujar Dujarric.
Ia juga menambahkan, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa persediaan makanan di Gaza semakin menipis, sementara operasi distribusi bantuan semakin terbatas.
Terkait laporan penjarahan di Gaza, Dujarric menyebut hal itu sebagai indikator keputusasaan yang mendalam. “Warga Gaza tahu gerbang perbatasan masih tertutup. Mereka tahu tidak ada makanan yang masuk. Ini menunjukkan rakyat benar-benar putus asa,” tegasnya.
Sementara itu di wilayah Tepi Barat, Dujarric menyatakan bahwa puluhan ribu orang masih mengungsi akibat operasi militer Israel di Jenin dan Tulkarm. Mitra kemanusiaan terus memberikan bantuan darurat dan dukungan psikologis kepada warga terdampak.
Pada waktu yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan akan meningkatkan serangan ke Gaza dalam rangka menjalankan rencana Presiden AS Donald Trump yang bertujuan mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.600 warga Palestina di Gaza dilaporkan tewas akibat serangan Israel. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait serangan militernya di wilayah Palestina tersebut. (*)
