

Bicaranews.com | JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menanggapi kebijakan tarif impor resiprokal yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan menyebutnya sebagai bagian dari dinamika perdagangan global yang tidak perlu disikapi secara berlebihan.
“Memang ada perang dagang, tetapi ini jangan dianggap sesuatu yang luar biasa. Ini bagian dari dinamika biasa,” kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (9/4/2025).
Menurut Bahlil, untuk menghadapi kebijakan tersebut, sektor energi Indonesia harus fokus pada optimalisasi produksi minyak dan gas nasional, serta memperkuat perekonomian domestik. Ia menyebut arahan Presiden Prabowo Subianto sebagai dorongan agar Indonesia mampu mandiri dan memaksimalkan keunggulan sumber daya alam yang dimiliki.
“Keunggulan komparatif kita adalah bahan baku. Maka hilirisasi menjadi salah satu solusi. Pertumbuhan ekonomi kita juga ditopang oleh konsumsi sebesar 53 persen dan investasi sekitar 30 persen,” ujarnya.
Bahlil menambahkan, situasi ini menjadi momentum untuk melakukan introspeksi nasional sekaligus mendorong langkah-langkah komprehensif dalam menciptakan nilai tambah melalui hilirisasi dan industrialisasi.
“Di balik setiap dinamika atau tantangan, selalu ada peluang. Ini kesempatan untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional,” ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif impor resiprokal kepada Indonesia sebesar 32 persen, berdasarkan tarif dasar sebesar 10 persen. Kebijakan ini berlaku mulai 9 April 2025.
Sebagai respons, Pemerintah Indonesia akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Washington DC untuk melakukan negosiasi dengan Pemerintah Amerika Serikat.
“Pemerintah Indonesia akan terus menjalin komunikasi dengan Pemerintah AS, termasuk melalui pengiriman delegasi tingkat tinggi untuk negosiasi langsung,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri, Kamis (3/4/2025). (*)
