

Bicaranews.com | JAKARTA – Konflik antara India dan Pakistan dinilai bisa berdampak tak langsung terhadap perekonomian Indonesia, khususnya dalam sektor ekspor. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengingatkan pemerintah untuk tidak meremehkan efek domino dari ketegangan dua negara Asia Selatan tersebut.
“India dan Pakistan itu mitra dagang penting, terutama untuk komoditas seperti minyak sawit. Kalau konflik memanas, permintaan bisa turun drastis,” kata Bhima, Sabtu (10/5/2025).
Selain melemahkan kinerja ekspor, ketegangan ini juga bisa menciptakan ketidakpastian global yang mengganggu stabilitas nilai tukar. Dampaknya, investor bisa bersikap wait and see, tidak hanya ke Asia Selatan, tapi juga ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Kalau sentimen investasi terganggu, rupiah bisa ikut melemah,” ujarnya.
Namun, Bhima juga melihat secercah peluang di tengah risiko. Indonesia bisa menjajaki diversifikasi ekspor ke negara-negara lain di kawasan atau bahkan menarik relokasi industri dari India. Meski begitu, ia menilai hal itu tak mudah karena industri India sudah lebih maju secara teknologi dibanding Indonesia yang masih dominan di sektor pengolahan komoditas.
Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menilai konflik India-Pakistan belum berdampak pada ekspor batu bara Indonesia. “Enggak ada masalah,” tegasnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Kamis (8/5/2025).
India tercatat sebagai pembeli batu bara terbesar dari Indonesia, dengan volume ekspor mencapai 108 juta ton dan nilai transaksi sekitar Rp102 triliun pada 2024. Meski ada penurunan nilai, permintaan tetap tinggi.
“India tetap butuh batu bara kita. Jadi untuk saat ini, perdagangan masih aman,” tambah Bahlil.
Meski begitu, para pengamat menilai kehati-hatian tetap perlu. Ketegangan geopolitik, sekecil apa pun, bisa jadi pemicu guncangan yang lebih luas dalam rantai pasok dan kepercayaan pasar global.(*)
